photo lineviral_1.png

Komplasi Puisi Karya Terbaik Update!

MALAM SEBELUM KEMENANGAN

Aku sekuntum hari
Di mana wanginya mengharumi bumi
Ke mana murahan Sang Khalik berlimpah
Menyatu pada segala inti hidup
Aku bertelaga bening 
Airku mutiara maghfiroh
 Gemercik dzikir dan tadarus
Tepian doa lemah lembut, lirih, dan berpasrah hati
Berenanglah dengan kesunyian waktu
Agar setiap sirip tak patah sia-sia
Aku rahasia
Tak sekedar lapar dahaga
Tapi gotong royong itulah hakekat kasih sayang
Dan salah satu cara bertegur sapa dengan Tuhan
Aku sepantasnya dirindukan
Karena saya lebih
Di cakrawala bertebar pengampunan
Rahmat dan segala pengampunan


HIDUP SETELAH MATI

Ketika saya berjalan di sebuah lorong 
Kudapati sebuah nama besar tegantung Itu nama ku
Tubuhku terasa menyerupai kapas
Melayang dan terbang
Kupanggil nama-mu tapi seakan ada bunyi mengejekku
Kini saya menyerah, mengalah akan rasaku
Rasa yang tak tentu arah
Kini ku tak bisa menatap wajahku dalam kaca
Sudah terlalu banyak luka
Tapi entah mengapa luka itu tak bisa jadi kaca
Saat ini saya mati


ACEH KENANGANKU

Aisyah...aisyah
Lekaslah sholat anakku sayang
Lihatlah mentari minggu tengah bersiap
Benar bunda berucap
Bumi bergetar sesaat
Tak usang laut-laut terhisap
Kijingkat-jingkat
Ikan menggelepar kutangkap
Duh sang Maha Agung.... Ada apa ini?
Naga setinggi bukit
Mengejarku dan menculik bunda
Patut ku berucap syukur
Pada sawit dihalamanku
Tak lupa pada sang Maha Agung 
Meski bunda harus diganti 
Dengan cucut ditanganku

TENTANG CAKRAWALA

Di ujung cakrawala kunikmati
Sejumput cerita
Cerita perihal ayah dan ibu,
Cerita perihal tangisan bebek yang tak kunjung usai
Diujung cakrawala kunikmati
Secangkir berita
Tentang anak yang menengadah tangan untuk makan
Diujung cakrawala kupandang seonggok daging 
Yang berdeyut, takut akan gelar yang disandang 
Diujung cakrawala kudapati
Sebuah telaga
Yang saya senantiasa terperangah
close