pustamun.blogspot.com - Kata 'Play Victim' kerap digunakan dalam media sosial. Istilah ini sering muncul, seiring dengan kontroversi dan silang pendapat dalam sebuah kejadian. Misalnya, jikalau ada kebijakan dari kelompok orang, merugikan kelompoknya, maka disebut 'play victim'.
Contoh konkretnya begini. Pernah suatu ketika, ada program HTI. Karena dianggap tidak mendapat izin warga sekitar dan bertentangan dengan ideologi negara, program itu dibubarkan. Dibubarkan paksa. Seketika itu, para simpatisan HTI mengaku sebagai korban. Dengan narasi yang beragam. Umumnya:
"masak pengajian gak boleh?"
"katanya demokrasi, masak memberikan pendapat dihalang-halangi?"
Selanjutnya mengaku terzolimi, sebagai minoritas haknya tidak dilindungi. Lha, kok malah mengaku sebagai korban ya? Padahal pemicunya ya mereka-mereka itu. Berarti mereka mengaku sebagai korban. Padahal mereka ialah pelaku kontroversi, pelaku yang memicu keributan. Ini namanya play victim.
Nah, dalam blog ini tidak akan dibahas panjang lebar mengenai siapa yang benar-siapa yang salah. Dalam hal ilustrasi di atas, merupakan teladan untuk memudahkan. Penjelasan selanjutnya mengenai play victim bertumpu pada klarifikasi secara linguistik (ilmu bahasa).
Dilihat dari segi asal katanya, play victim jelas berasal dari bahasa Inggris. Play artinya bermain, victim artinya korban. Jadi, play victim bisa juga mempunyai arti bermain sebagai korban. lebih tepatnya berperan seolah-oleh menjadi korban atas sebuah peristiwa.
Jadi, penerjemahannya tidak sanggup parsial. Harus diubahsuaikan dengan konteknsya. Jika diterjemahnya parsial. Bermain korban. Masak korban dipermainkan. Jelas arti play victim ini kurang tepat.
Adapun terjemahan play victim dalam google translate justru 'bermain sebagai korban'. Maksudny sama dengan berperan sebegai korban. Akan tetapi istilah ini masih terlalu panjang. Pun begitu, maknanya kurang pas. Adanya kata seolah-olah lebih sempurna dari pada kata sebagai.
Jika kata play victim diterjemahkan berperan sebagai korban memiliki arti bahwa yang bersangkutan benar sebagai korban. Posisinya atau tugas dalam insiden itu sebagai korban. Padahal hanya seolah-olah. Maka yang paling sempurna ialah berperan seakan-akan korban, padahal bukan.
Istilah play victim memang tidak mempunyai padanan dalam bahasa Indonesia. Yang mendekati ialah istilah sok. Misalnya ada istilah sok kaya, jadi seakan-akan menempatkan diri sebagai orang kaya. Padahal tidak. Sok pintar, memiliki arti menempatkan diri sebagai orang yang berilmu padahal tidak. Jadi, kata play victim dekata dengan sok korban. Tapi kok tidak sempurna juga jikalau diartikan demikian.
Istilah sok yang biasanya digunakan untuk melebih-lebihkan padahal tidak lebih lebih cocok untuk yang merasa lebih tinggi. Kalau korban kan biasanya lebih rendah. Lebih teraniaya.
Mungkin dalam hal ini, dalam terjemahan play victim kita perlu menyerap terjemahan dari bahasa Jawa. Bahasa Indonesia suah menyerap unduh dan unggah untuk padanan istilah download dan upload. Mungkin bahasa Indonesia juga sanggup menyerap 'macak' untuk padanan kata play dalam istilah play victim.
Kata 'macak' mempunyai arti klarifikasi 'seolah-olah menjadi'. Misalnya dalam sebuah karnaval, ada yang 'macak dadi tentara'. Berarti memposisikan dan menampilkan diri sebagai seorang tentara. Padahal bukan tentara.
Nah, dalam istilah macak korban sangat pas dengan play victim. Yang seakan-akan menjadi korban. Padahal bukan.